-SELALU ADA TEMPAT UNTUK SEBUAH CORETAN ASAM MANIS HIDUP-

Friday, September 30, 2011

Idealisme vs Idealismama

Kebanggaan menjadi seorang sarjana rasanya buat saya hanya seperti oase di padang pasir. pada hari "H" segala beban seolah-olah lepas dari pundak, maunya makan semua yang enak-enak, merayakannya dengan sedikit berlebihan, sedikit mundur kebelakang untuk mengingat jerih payah yang sudah dilakukan dan kembali larut dalam kegembiraan diri. Hari berikutnya masih dengan kebanggaan yang belum luntur karna keberhasilan yang sudah dicapai, satu minggu kemudian tetap dengan sukacita yang sama dengan bertambahnya dua suku kata di belakang nama "Vivi Suryani Megawati Andespi, S.E". 

Saya lulus sidang tepatnya tanggal 21 Mei 2011 dan kuliah saya berakhir di pertengahan juli 2011. Dan kebanggaan akan sebuah gelar sarjana tergantikan dengan harap-harap cemas menanti sebuah panggilan interview. Mencoba melamar di mana saja dengan berharap sesuai dengan standar yang menjadi tujuan saya, namanya juga "fresh graduate" dengan idealisme seorang mahasiswa yang baru lulus, agak susah-susah gampang mendapatkan pekerjaan impian (kecuali dikasih modal puluhan juta :P) padahal umur saya sudah bukan termasuk di golongan "fresh age" :D. 

Panggilan interview akhirnya sampai juga ke diriku berkat bantuan teman SMP. Perusahaan bagus dan posisinya pun sesuai dengan jurusan saya. Diantar oleh mama tercinta dan dengan harapan tinggi tes tertulis+interview pun bisa saya lewati. "Puji Tuhan" dipikiran saya waktu itu dan semoga bisa menjadi bagian dari perusahaan ini. Selain di perusahaan F, mama saya kemudian mencoba membantu mencarikan pekerjaan dan saya pun dapat panggilan di salah satu bank. Posisinya adalah relationship officer (bahasa kerennya) ato marketing kredit bank yang kerjanya mencari nasabah untuk pembiayaan maupun untuk product bank tersebut. Jujur saja saya tidak terlalu berminat dengan dunia perbankan apapun jenis pekerjaannya, entah itu front office, back office ataupun bagian lain. Tapi karna tidak ingin mengecewakan orangtua, saya akhirnya mencoba juga. Psikotest lulus, Interview lolos, Medical Check Up pun sudah saya lalui (masih menunggu hasil). Dengan berat hati sebenarnya saya menjalani semua itu, karna hati saya merasa bahwa ilmu yang sudah saya pelajari hampir 6 tahun lamanya tidak akan terpakai kalo saya diterima di sini. Idealisme saya masih begitu tinggi.


Hari dimana saya melakukan MCU untuk perusahaan D adalah hari yang sama saya dihubungi oleh perusahaan F. Tapi sebelumnya saya sudah menumpahkan semua ketidaknyamanan saya dengan posisi di bank itu. Berdebat dengan mama sebenernya hanya mengeluarkan energi yang sia-sia, karena menurut dia posisi itu bisa membuka banyak kesempatan untuk masa depan saya. Ditambah dengan kalimat-kalimat "Ingat adek-adekmu" semakin membuat saya merasa tertekan. Dengan emosi yang saya tahan sayapun akhirnya memutuskan untuk datang ke perusahaan F besok pagi dan tentu saja dengan aksi diam+tidak peduli dari orangtua :(. 

Saya emosi, saya marah sama semua orang terdekat saya, saya diam. Di pikiran saya cuma satu saya mau mengambil jalan saya sendiri dengan ataupun tanpa restu orangtua saya sambil tetap meminta pendapat sahabat-sahabat saya. Dan anehnya semuanya sahabat saya berkata "Ambil aja yang di bank vi, kalo dengan restu orang tua jalannya pasti dimudahkan sama Tuhan" atau "Udah ikutin aja mau mamamu, gak ada salahnya mencoba, feeling ibu biasanya lebih kuat..sapa tau aja kamu berhasil..kalaupun gak berhasil seenggaknya kamu sudah menunjukkan usahamu atas kemauan mereka". Pertahanan sayapun mulai goyah dan kembali memikirkan semuanya, kembali merenung karna mau tidak mau keputusan harus saya ambil sebelum besok menghadap di perusahaan F. 

Paginyaa saya berharap dibangunkan mama seperti biasa, tapi ternyata tidak. mau nangis rasanya, tapi saya gengsi mau nunjukkin air mata pagi-pagi di depan mama. Sampai mau pergi pun saya tetap nggak ditegur sama mama, dan runtuhlah pertahanan saya. Saya menangis di perjalanan ke perusahaan F, saya marah sama Tuhan..saya merasa gak dapat perlakuan adil. Anehnya lagu yang saya putar tetap lagu rohani Maria Shandy. Seperempat perjalanan saya terus menangis sampai akhirnya satu lagu dengan lirik  "Ini aku semua milikku..kuserahkan padamu Tuhan" dan tiba-tiba ada sesuatu pemikiran lain di hati saya..Tiba-tiba saya diingatkan dengan kata-kata dalam doa saya setiap malam "Ya Bapa..biarkan aku bisa memberikan kebahagiaan dengan pekerjaanku untuk orangtuaku"..saya hapus airmata saya..saya mantapkan hati saya..


Sampai di perusahaan F, hati saya tidak sesakit malam kemaren, hati saya tidak terlalu kecewa seperti malam kemaren. Saya mengikuti semua proses offering yang mereka tawarkan dan jika saya mengiyakan saya hanya tinggal medical check up dan bisa bekerja tanggal 3 Okt' 2011 ini. Dan yang saya lakukan adalah menolak offering yang ditawarkan. Penawaran yang mereka ajukan pun terlalu kecil dari bayangan saya untuk perusahaan sekelas mereka. Tidak berjodoh memang dengan perusahaan ini. Saya pulang ke rumah dan saya bilang ke mama saya tolak mereka, saya kasih tau alasan saya dan saya bilang ke mama kalo' saya mau coba di bank itu. Reaksi mama yang pasti adalah kembali cerewet seperti biasa, tapi seneng liatnya :).

Dan sekarang saya sedang menunggu hasil MCU di Bank D. Kadang saya sering ragu apa bisa atau tidak menjalaninya nanti, tapi saya percaya doa mama pasti didengar oleh Tuhan dan Tuhanpun tahu dimana tempat dan pekerjaan terbaik untuk masa depan saya. Idealisme saya dan kekerasan hati saya akhirnya bisa dipatahkan juga oleh Idealismama, walaupun saya pernah bilang "mama tidak tahu apa-apa tentang ilmu saya" tapi yang saya yakini "mama selalu berdoa yang terbaik untuk hidup saya". Restu orangtua memang segala-galanya.

*******

nb : bukan berarti kita tidak boleh menentukan jalan kita sendiri. tapi adakalanya dari orangtualah jalan itu terbuka. 



Oilcity, Akhir September 2011

Friday, September 16, 2011

Gadis Robot

Dia hanya bisa menarik napas panjang dan terus menenangkan diri. Dia hanya bisa menarik napas panjang sambil mengingat semua yang pernah terjadi dulu. Dia hanya bisa menarik napas panjang untuk menahan air mata jatuh menemani rasa perih di hati. Dia hanya bisa menarik napas panjang menahan tekanan yang terus menerus tanpa bisa mengeluarkan semuanya sedikitpun. Dia hanya bisa menarik napas panjang dan berusaha mengerti keinginan orang lain tanpa ada yang mencoba mengerti maksud hatinya. Dia berharap jadi robot yang bisa melakukan apapun yang diinginkan, tanpa harus tahu bagaimana perasaannya. Semuanya ingin dimengerti, semuanya ingin menuntut lebih,semuanya melemparinya dengan kata-kata negatif. Dia berusaha tertawa, dia berusaha tersenyum tanpa beban dan berharap ada seseorang yang melihat jauh ke dalam hati. Tapi siapa dia untuk orang-orang di sekelilingnya?tidak ada artinya, tidak ada yang mau bersusah payah menyelami hatinya dan jadilah dia gadis robot. 

Gadis yang dikelilingi banyak orang dengan banyak tombol diseluruh badannya. Setiap orang sudah punya tombol keinginannya sendiri terhadap gadis ini. Si A akan tinggal menekan tombol di kepala si gadis dan gadis ini pun akan langsung melakukan pekerjaan sehari-hari. Lain lagi dengan Si B, dia cukup menekan tombol di tangan si gadis robot dan gadis inipun langsung melakukan pekerjaan kantoran dengan rapi dan teratur. Untuk si C cukup menekan tombol yang ada di belakang badan si gadis dan dia akan menjadi pendengar untuk setiap keluhan yang keluar. Dia terbiasa mendengar kata-kata tajam dan cemoohan. Tidak ada hari libur untuk gadis ini, tidak ada perawatan apapun untuk gadis robot ini. Semua tombol bahkan bisa ditekan dalam waktu yang bersamaan dan tidak ada tangisan atau kelelahan tergambar di wajahnya. Malam hari di saat yang lain sudah terlelap dia masih terjaga hanya untuk menangis dan pagi harinya harus kembali tersenyum untuk orang-orang di sekitarnya. 

Gadis ini merindukan seorang sahabat, tapi robot harusnya tidak butuh itu, robot seharusnya tidak punya perasaan. Bahkan seharusnya tidak perlu ada tangisan mengisi hari-harinya, sebaliknya yang diperlukan adalah bagaimana gadis ini menjalankan setiap perintah dari tombol-tombol yang ditekan. Entah berapa lama gadis ini bisa bertahan, hanya berharap gadis ini selalu punya semangat untuk bangkit bukan sebagai robot, tapi sebagai dirinya sendiri.



.hampir tengah malam, kisah dengan makna.

Thursday, September 15, 2011

180 Derajat

Berbeda 180 derajat itulah yang terjadi setelah menginjakkan kaki di Balikpapan. Dari yang dulunya hanya berada di seputar kamar 3 mx 4 m menghabiskan waktu hampir satu hari penuh, sekarang justru berlama-lama dikamar adalah hal yang paling saya inginkan. Dari yang tadinya kegiatan waktu malam adalah nonton TV dan menelepong, sekarang justru jarang di rumah kalo malam (syukur-syukur jam 10 uda di rumah). Dari yang tadinya bingung mo ngapain jalanin hari, sekarang justru bingung mau ngatur waktu. Dan yang paling nyata adalah dari yang tadinya mahasiswa sekarang (masih) pengangguran *tepokjidat*. Kembali ke kota ini memang membuat banyak hal berubah. Ada kebiasan-kebiasaan yang mau gak mau harus terkubur dengan sendirinya dan diganti dengan kebiasaan baru. Warna-warna lain mulai masuk dalam hidup saya, entah itu warna cerah yang enak dilihat ataupun warna gelap yang mau gak mau harus tetap enak untuk dilihat :). Lingkungan baru mulai sedikit mempengaruhi cara berpikir saya. Menghadapai komunitas baru pun menuntut hal yang kompleks pula, tadinya saya adalah orang yang sangat menikmati kesendirian dengan berbagai macam pikiran yang bisa diwujudkan kedalam tulisan. Bahkan beberapa hal penting yang berhubungan dengan perasaan pun mau tidak mau ikut menjadi korban. 

Harusnya saya bersyukur dengan semua kesempatan yang bisa saya dapatkan, tetapi terkadang saya justru merasa hampa dengan semua yang saya jalani. Berada di tengah komunitas tidak menjamin hati saya selalu nyaman dengan hal-hal yang terjadi di dalamnya dan ini yang membuat saya merindukan waktu sendiri yang dulu menjadi bagian hari-hari saya dan merindukan kehidupan di Surabaya yang pernah saya jalani selama beberapa tahun terakhir ini. 




-Balikpapan,   di tengah waktu luang-