Kebanggaan menjadi seorang sarjana rasanya buat saya hanya seperti oase di padang pasir. pada hari "H" segala beban seolah-olah lepas dari pundak, maunya makan semua yang enak-enak, merayakannya dengan sedikit berlebihan, sedikit mundur kebelakang untuk mengingat jerih payah yang sudah dilakukan dan kembali larut dalam kegembiraan diri. Hari berikutnya masih dengan kebanggaan yang belum luntur karna keberhasilan yang sudah dicapai, satu minggu kemudian tetap dengan sukacita yang sama dengan bertambahnya dua suku kata di belakang nama "Vivi Suryani Megawati Andespi, S.E".
Saya lulus sidang tepatnya tanggal 21 Mei 2011 dan kuliah saya berakhir di pertengahan juli 2011. Dan kebanggaan akan sebuah gelar sarjana tergantikan dengan harap-harap cemas menanti sebuah panggilan interview. Mencoba melamar di mana saja dengan berharap sesuai dengan standar yang menjadi tujuan saya, namanya juga "fresh graduate" dengan idealisme seorang mahasiswa yang baru lulus, agak susah-susah gampang mendapatkan pekerjaan impian (kecuali dikasih modal puluhan juta :P) padahal umur saya sudah bukan termasuk di golongan "fresh age" :D.
Panggilan interview akhirnya sampai juga ke diriku berkat bantuan teman SMP. Perusahaan bagus dan posisinya pun sesuai dengan jurusan saya. Diantar oleh mama tercinta dan dengan harapan tinggi tes tertulis+interview pun bisa saya lewati. "Puji Tuhan" dipikiran saya waktu itu dan semoga bisa menjadi bagian dari perusahaan ini. Selain di perusahaan F, mama saya kemudian mencoba membantu mencarikan pekerjaan dan saya pun dapat panggilan di salah satu bank. Posisinya adalah relationship officer (bahasa kerennya) ato marketing kredit bank yang kerjanya mencari nasabah untuk pembiayaan maupun untuk product bank tersebut. Jujur saja saya tidak terlalu berminat dengan dunia perbankan apapun jenis pekerjaannya, entah itu front office, back office ataupun bagian lain. Tapi karna tidak ingin mengecewakan orangtua, saya akhirnya mencoba juga. Psikotest lulus, Interview lolos, Medical Check Up pun sudah saya lalui (masih menunggu hasil). Dengan berat hati sebenarnya saya menjalani semua itu, karna hati saya merasa bahwa ilmu yang sudah saya pelajari hampir 6 tahun lamanya tidak akan terpakai kalo saya diterima di sini. Idealisme saya masih begitu tinggi.
Hari dimana saya melakukan MCU untuk perusahaan D adalah hari yang sama saya dihubungi oleh perusahaan F. Tapi sebelumnya saya sudah menumpahkan semua ketidaknyamanan saya dengan posisi di bank itu. Berdebat dengan mama sebenernya hanya mengeluarkan energi yang sia-sia, karena menurut dia posisi itu bisa membuka banyak kesempatan untuk masa depan saya. Ditambah dengan kalimat-kalimat "Ingat adek-adekmu" semakin membuat saya merasa tertekan. Dengan emosi yang saya tahan sayapun akhirnya memutuskan untuk datang ke perusahaan F besok pagi dan tentu saja dengan aksi diam+tidak peduli dari orangtua :(.
Saya emosi, saya marah sama semua orang terdekat saya, saya diam. Di pikiran saya cuma satu saya mau mengambil jalan saya sendiri dengan ataupun tanpa restu orangtua saya sambil tetap meminta pendapat sahabat-sahabat saya. Dan anehnya semuanya sahabat saya berkata "Ambil aja yang di bank vi, kalo dengan restu orang tua jalannya pasti dimudahkan sama Tuhan" atau "Udah ikutin aja mau mamamu, gak ada salahnya mencoba, feeling ibu biasanya lebih kuat..sapa tau aja kamu berhasil..kalaupun gak berhasil seenggaknya kamu sudah menunjukkan usahamu atas kemauan mereka". Pertahanan sayapun mulai goyah dan kembali memikirkan semuanya, kembali merenung karna mau tidak mau keputusan harus saya ambil sebelum besok menghadap di perusahaan F.
Paginyaa saya berharap dibangunkan mama seperti biasa, tapi ternyata tidak. mau nangis rasanya, tapi saya gengsi mau nunjukkin air mata pagi-pagi di depan mama. Sampai mau pergi pun saya tetap nggak ditegur sama mama, dan runtuhlah pertahanan saya. Saya menangis di perjalanan ke perusahaan F, saya marah sama Tuhan..saya merasa gak dapat perlakuan adil. Anehnya lagu yang saya putar tetap lagu rohani Maria Shandy. Seperempat perjalanan saya terus menangis sampai akhirnya satu lagu dengan lirik "Ini aku semua milikku..kuserahkan padamu Tuhan" dan tiba-tiba ada sesuatu pemikiran lain di hati saya..Tiba-tiba saya diingatkan dengan kata-kata dalam doa saya setiap malam "Ya Bapa..biarkan aku bisa memberikan kebahagiaan dengan pekerjaanku untuk orangtuaku"..saya hapus airmata saya..saya mantapkan hati saya..
Sampai di perusahaan F, hati saya tidak sesakit malam kemaren, hati saya tidak terlalu kecewa seperti malam kemaren. Saya mengikuti semua proses offering yang mereka tawarkan dan jika saya mengiyakan saya hanya tinggal medical check up dan bisa bekerja tanggal 3 Okt' 2011 ini. Dan yang saya lakukan adalah menolak offering yang ditawarkan. Penawaran yang mereka ajukan pun terlalu kecil dari bayangan saya untuk perusahaan sekelas mereka. Tidak berjodoh memang dengan perusahaan ini. Saya pulang ke rumah dan saya bilang ke mama saya tolak mereka, saya kasih tau alasan saya dan saya bilang ke mama kalo' saya mau coba di bank itu. Reaksi mama yang pasti adalah kembali cerewet seperti biasa, tapi seneng liatnya :).
Dan sekarang saya sedang menunggu hasil MCU di Bank D. Kadang saya sering ragu apa bisa atau tidak menjalaninya nanti, tapi saya percaya doa mama pasti didengar oleh Tuhan dan Tuhanpun tahu dimana tempat dan pekerjaan terbaik untuk masa depan saya. Idealisme saya dan kekerasan hati saya akhirnya bisa dipatahkan juga oleh Idealismama, walaupun saya pernah bilang "mama tidak tahu apa-apa tentang ilmu saya" tapi yang saya yakini "mama selalu berdoa yang terbaik untuk hidup saya". Restu orangtua memang segala-galanya.
*******
nb : bukan berarti kita tidak boleh menentukan jalan kita sendiri. tapi adakalanya dari orangtualah jalan itu terbuka.
Oilcity, Akhir September 2011