Waktu itu aku melihatnya duduk sendiri di bangku gereja, aku yang kebetulan mondar-mandir disampingnya sekilas meliriknya dan merekam setiap kesempatan itu dalam otakku. Tipe pendiam rasanya, itulah penilaianku yang pertama untuk dia. Tidak tahu siapa namanya, tidak tahu apa bisa bertemu lagi atau tidak. Aku terpesona. Titik.
"Ahh..selalu menyenangkan mengingat saat pertama kali bertemu" batinku. Hingga akhirnya kami bisa bertemu lagi di sebuah acara gereja. Tentu saja dia yang mengajakku berkenalan lebih dulu. Singkatnya kami akhirnya pacaran.
"Van..kita pacaran yuk" itu pernyataannya padaku. Tidak bertele-tele dan berhasil membuat jantungku berdetak tidak normal. Ohh aku lupa memberi tahu namanya. Valdo nama orang yang kusayang itu.
Hampir lima tahun kami menjalani hubungan ini. Aku bahagia dengan dia..sungguh! dan tidak pernah sekalipun hatiku haus mencari hati lain selain dia. Valdo pun sangat menyayangi aku, bahkan dari tatapan matanya, kebiasaannya menghusap rambutku, semua anggota tubuhnya menunjukkan itu. Ahh betapa aku memuja Valdo kekasihku. "Lima tahun..yaa hampir genap lima tahun" aku menggumam lagi sambil memejamkan mata. Penat rasanya kepala ini. Sebenarnya bukan perkara berapa tahun yang kami jalani, tapi sebuah dinding transparan dengan nama "Perbedaan" yang menjadi pikiranku saat ini. Valdo pun mengetahui hal ini dari awal kami berkomitmen, tapi hati dan pikiran kami terlalu penuh dengan cinta dan tidak ada tempat untuk sebuah perbedaan.
---
"valdear" kutekan tombol call di hp ku. tidak sampai 3 kali nada panggil, valdo sudah menjawab di sebrang sana.
"iya panda sayang..ada apa?" jawaban khas setiap kali aku menelponnya.
"kamu masih cuci mobil sayang? aku dijemput donk. lagi sumpek"
"ini udah mo selesai kok. tunggu yaa pandaku. i'll be there in 30 minutes. siap-siap aja dulu. loveyou"
"siappp sayang..loveyoutoo"
Hah..daripada otakku lelah sendiri, lebih baik aku bicara dengan dia. setidaknya berdiskusi akan jauh lebih baik. Sambil menunggu valdo, aku tenggelam dengan suasana sabtu siang yang cerah ini, ahh tapi kontras dengan suasana hatiku. Seandainya saja perbedaan itu bisa dimaknai positif oleh orangtuaku.
"drrttt..drrrttt" lamunanku buyar oleh getaran handphone.
"udah di depan sayang".
"i'm coming baby" dengan cepat kubalas sms-nya.
---
"Tunggu sayang yaa..aku cuci muka dulu. gerah banget" kebiasaan valdo setiap kali habis dari luar. Kos valdo salah satu tempat favorit ku, suasananya nyaman untuk menghabiskan waktu berdua dengan dia. Dan lagi-lagi mengingatkanku hampir lima tahun aku jadi penghuni tambahan di tempat ini setiap sabtu,minggu bahkan terkadang hari-hari biasa kalo kami lagi malas pacaran di luar. Dan sudah jadi kebiasaanku pula duduk di kursi malas empuk yang menghadap jendela ini.
"cup..lagi ngelamun apa sih sayang?" kecupan valdo sedikit bikin aku kaget sekaligus senang.
"masalah lama val. ngerti kan?" jawabku lirih. Dia kemudian menarikku untuk berdiri dan memelukku. Pelukannya selalu ampuh menenangkan galau hatiku, tapi kali ini ingatanku langsung tertuju pada orang tuaku dan justru semakin membuatku menangis di pelukannya.
"apa yang mau kamu bagi sekarang sayang?" valdo masih memelukku.
"entahlah..aku lelah dengan masalah yang seolah tidak ada jalan keluar ini" kulepaskan pelukannya.
"apa yang salah kalau kita saling cinta?apa salah kalau kamu bukan orang batak?kenapa mereka tidak bisa melihat cinta kita?kenapa justru mereka melihat perbedaannya?" sambil menangis aku lontarkan semua keluh hatiku. Aku tahu valdo juga lelah dengan pertanyaan-pertanyaanku, karena sudah hampir seratus kali didengarnya. aku tahu valdo merasakan hal yang lebih berat dari aku karena valdo-lah subjek dari masalah ini.
"aku mau ada jalan keluar dari ini semua vald..aku capek kebahagiaan kita terhalang hanya karena kamu bukan dari suku yang sama dengan aku" aku meneruskan bicaraku. Selama ini setiap kali membicarakan masalah ini, selalu berakhir dengan kalimat kita pikirkan nanti aja atau waktunya gak pas dibicarain sekarang.
"oke, kita bicara. Selama ini aku memang gak pernah mau kita terlalu terbeban untuk masalah ini, aku gak mau kamu menangis terlalu lama hanya karena hal yang menurut orangtuamu sebagai sebuah perbedaan. Bukan karna aku gak peduli dengan itu semua, aku cuma gak mau menghilangkan harapanku tentang masa depan bersamamu. Kita punya mimpi dan kita berdua sama-sama percaya kalo mimpi itu bisa terwujud."
Aku terdiam cukup lama meresapi apa yang dia utarakan barusan. Pikiranku melayang membawaku pada wajah-wajah yang begitu aku sayangi.
"seandainya kamu lahir dengan marga siahaan, sihotang, sitompul atau siapapun. Seandainya kamu bukan orang Jawa. seandainya orang tuaku tidak mempersoalkan ini!". Aku tahu nggak ada gunanya aku bicara begitu, aku sedang sampai pada titik lelah batin. Dan valdo hanya memandangi aku dengan tatapan sedihnya mendengar kata-kataku barusan.
"Panda..sayang..dengar yaa. Aku yakin gak ada yang salah dengan cinta kita, gak ada yang salah dengan Jawa, Batak atau suku yang lain, jadi gak ada yang salah dengan sebuah perbedaan. Kenapa kita harus mempersoalkan perbedaan ini? kenapa kita seperti seolah-olah membenci perbedaan ini? padahal Tuhan menciptakan perbedaan untuk sebuah keindahan, padahal perbedaan membuat kita justru lebih kaya. Bersyukur kita bukan pasangan yang beda agama, sayang. Akan jauh lebih berat mengalami hal yang begitu prinsipil itu. Aku punya keyakinan orangtuamu akan bisa menerima aku nantinya. Aku dan kamu hanya perlu membuktikan ke mereka kalau justru dengan perbedaan itu menyatukan dan saling melengkapi pribadi kita. Cukup lakukan bagian kita dengan baik dan Tuhan yang sempurnain semuanya."
"Tapi selama ini mereka tetap gak mengerti vald!"
"Bukan nggak tapi mereka belum mengerti panda"
"Terus kita harus apa sekarang vald?"
"Kamu cinta aku kan sayang? kamu masih mau jalanin hubungan ini sampe kita berhasil dengan mimpi kita kan? cukup itu yang perlu kita lakuin. hampir lima tahun sudah kita bangun hubungan ini dan aku gak mau berakhir sia-sia".
"Kamu yakin vald kita bisa lewatin ini sampe akhir? Pasti bakalan sakit banget kalo akhirnya ternyata kita gak bisa sama-sama. Aku takut vald..."
"Gak ada yang pernah tau masa depan bakalan kaya gimana kecuali Tuhan, baby. Inget gak sama kata-kata ini : Apa yang kamu percaya itu yang akan terjadi. Makanya percayailah yang terbaik buat kita yaa sayang..".
Valdo kemudian menggenggam tanganku, mengecup keningku dan memberiku senyuman terbaiknya. Valdo seolah ingin mengalirkan semangat dan harapan yang ada pada dirinya ke seluruh tubuhku. Iya..benar yang valdo bilang, aku hanya akan mempercayai hal yang terbaik saja, tidak peduli berapa tahun pacaran lagi yang harus aku tempuh asalkan tetap bisa bersama valdo. Tidak peduli bagaimanapun caranya, aku dan valdo harus bisa membuktikan pada orangtuaku kalau kami bisa bersatu menjadi "BAJA" (baca : batak-jawa)*******
-Rajutlah perbedaan dengan benang pengharapan dan keyakinan, tambahkanlah warna cinta untuk menjadikan syal indah yang menghangatkan hatimu-